Harapan para peternak kambing di Dukuh Poh Ijo, Desa Pomahan, Kecamatan Pulung, untuk meraih keuntungan saat Idul Adha mendatang pupus setelah kambing-kambing mereka mati secara mendadak. Hingga saat ini, penyebab kematian misterius tersebut masih menjadi tanda tanya besar bagi para peternak.
Pandi, salah satu peternak di Desa Pomahan, mengungkapkan bahwa empat ekor kambingnya mati tanpa menunjukkan gejala sakit sebelumnya.
“Awalnya kambing teriak-teriak tiga kali, lalu saya lihat sudah tidur, terus kejang-kejang dan mati. Tidak ada tanda-tanda sakit sebelumnya,” ujarnya.
Pandi mengaku sangat terpukul karena kambing-kambing tersebut rencananya akan dijual menjelang Idul Adha.
“Sekarang cuma tersisa tiga ekor kambing di kandang. Itu pun terpaksa dijual murah seharga Rp 5 juta. Kerugian akibat empat kambing yang mati sekitar Rp 20 juta,” tambahnya.
Hal serupa juga dialami oleh Asih, peternak lainnya yang memiliki sepuluh ekor kambing. Satu ekor kambingnya mati secara mendadak, sementara sembilan ekor lainnya kini diupayakan tetap sehat.
“Di desa ini banyak kambing yang mati mendadak, ada yang lima ekor, ada yang delapan. Selama puluhan tahun beternak kambing, kejadian seperti ini baru pertama kali terjadi,” ujar Asih.
Menanggapi kasus ini, Drh. Roin Umaya, Medik Veteriner dari Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Ponorogo, menjelaskan bahwa gejala yang ditemukan pada kambing-kambing yang mati adalah pembesaran perut.
“Ada kemungkinan ini dipengaruhi oleh faktor cuaca ekstrem dan makanan rambanan yang diberikan oleh peternak. Namun, kami pastikan kematian ini bukan disebabkan oleh penyakit mulut dan kuku (PMK),” jelasnya.
Roin juga menyebutkan bahwa pihaknya telah memberikan penanganan dengan penyemprotan disinfektan di lokasi kandang dan pemberian vitamin untuk kambing yang tersisa.
“Kami akan terus memantau situasi dan memberikan edukasi kepada peternak agar kejadian ini tidak terulang,” tambahnya.